Label

Sabtu, 03 September 2016

[Opinion] Sistem

Saya bingung akan memulai darimana tulisan ngalor ngidul ini, kalo boleh curhat sekilas saya hidup di sebuah kos-kosan yang terletak sedikit minggir dari pusat Kota Malang, kos-kosan saya bisa dibilang gak terlalu ketat walaupun banyak aturan tertulis yang dipampang di sudut pilar kosan namun ya seperti adanya "rules, are made to be broken !!" Dengan kata lain "setiap aturan memang dibuat untuk dilanggar". Oke, Suatu pagi saya terbangun dalam keadaan perut mulas dan pengen berak, nah buru-burulah ambil inisiatif ke wc, ketika masuk ke wc dan mulai jongkok nah saya menemukan tulisan terpampang jelas di depan saya yang berbunyi " Mas kalo buang air besar / kecil tolong disiram sampai bersih, karena ada laporan anak bernama
... Tidak mau nyiram / ttd pengurus kos ".
Nah disini kita berhadapan pada tipe lingkaran kehidupan khas anak kos atau lebih tepatnya stereotip orang indonesia sih yang malas dan tidak bertanggung jawab hehehe...
Jadi bila dikaitkan lagi dengan sebuah impian utopis masyarakat anarkis tentang "kehidupan yang bebas dan bertanggung jawab" pasti masih jauh sekali untuk bisa membangun masyarakat seperti itu dikarenakan dasar sifat manusianya yang masih tergolong lazy irresponsible bastard banget hahaha...
Dan satu lagi kenyataan yang harus kita hadapi yaitu kita berhadapan dengan sistem sosial yang mengontrol kita, secara kontrol itu tidak pernah kita sadari baik itu yang tertulis atau tidak tertulis.
Bagi mereka yang hidup di lingkungan kos mungkin sudah tau ya segala problematikanya, saya mengambil analogi hidup di kos sebagai analogi hidup bermasyarakat yang cukup sederhana seperti misalnya hidup di sebuah kampung kecil, karena kalian akan dapat melihat berbagai macam tipe manusia juga dalam satu kosan, mulai dari yang care terhadap sesama hingga yang ignorant dan antisosial banget terhadap sekitar. Dan semuanya hidup dalam struktur yang tidak disadari hirarkis seperti dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya, kalau kata Derida dikatakan sebagai oposisi biner antara Superior/Inferior, strata lapisan paling atas dipegang oleh induk semang kosan atau pemilik kosan, strata kedua adalah pengurus kos atau penjaga atau tukang bersih-bersih kos, sedangkan strata lapisan terbawah adalah kita si peghuni kos atau penyewa kamar. Setiap bulan/tahun kita harus membayar sejumlah nominal seperti yang telah ditentukan kepada si induk semang seperti halnya kita harus membayar sejumlah pajak terhadap pemerintah, Benar memang kita membayar dan pemilik kosan memberikan fasilitas yang menjadi hak kita, namun kita tetap tidak memiliki kebebasan seutuhnya, ini seperti halnya keberadaan kita di suatu negara, karena segalanya masih terikat pada norma dan sistem yang dibuat oleh sang pemilik kos (pemerintah) sebagai penguasa tunggal, inilah yang dikatakan Jean Baudrillard sebagai simbolisasi dalam masyarakat postmodern sebagai panoptikon dimana strukturasi sosial di masyarakat kita seperti diibaratkan dalam penjara dengan satu menara yang mengawasi ke segala arah, atau seperti kata George Orwell dalam bukunya yang berjudul 1984 dia mengatakan "Big Brother is watching you" dan itu nyata, kita selalu diawasi atas nama stabilitas sosial dalam hal ini yang bertindak sebagai CCTV adalah penjaga atau pengurus kosan. Jadi kita ini adalah masyarakat yang hidup dalam penjara bernama kebebasan semu yang terkontrol.
Yeah... Sistem memang sebuah masalah sangat pelik untuk dihindari. Ilustrasinya bisa kita lihat dalam film The Matrix, sebuah sistem digambarkan seperti mereka yang berada di Zion dan mereka adalah orang-orang yang telah menjadi sebuah counter culture, yang menjadi musuh mereka adalah masyarakat pada umumnya (masyarakat normatif atau masyarakat kelas menengah ngehe'), mereka yang hidup di Zion adalah kaum menengah kebawah yang mampu berpikir kreatif dan visioner sehingga dianggap sebagai ancaman oleh kelas penguasa bahkan sesama kelas menengah yang terjebak pada kehidupan nyaman dan menganggap semuanya dalam hidup ini baik-baik saja.
Morpheus telah menganalisis para "counter culture" tersebut dalam The Matrix, dan Morpheus berkata pada Neo "Matrix adalah sebuah sistem, sistem itulah musuh utama kita. Namun ketika kau ada didalamnya pandanglah sekelilingmu, apa yang kau lihat? Pengusaha, pengacara, guru, dan buruh. Atau orang-orang yang coba kita selamatkan di dalam benak mereka telah menjadi bagian dari sistem itu sendiri, dan itulah yang menjadikan mereka musuh kita. Kau harus paham, Neo. Kebanyakan orang belum siap untuk diselamatkan, dan begitu banyak diantara mereka yang merasa nyaman, begitu mati-matian bergantung pada sistem sampai mereka akan berjuang untuk melindunginya". Itulah mengapa ignoransi membuat penjara bagi diri kita sendiri dan menjadi pedang bermata ganda ketika kita terjebak pada sistem tersebut, Sekalian saya ambil potongan lirik Puppen dari lagu berjudul Sistem - "Sistem yang kau dukung adalah sistem yang kamu benci" situasi yang cukup pelik bukan? Kau ingin lari tapi tidak akan bisa bersembunyi itulah kenyataannya.
Ironis sekaligus dilematis, ketika kita masih harus tetap tunduk pada apa yang kita lawan, kembali lagi kita bicarakan memakai analogi rumah kos sebagai lingkungan hidup bermasyarakat dimana sistem masih dipegang oleh sang induk semang yang secara tidak langsung menebar ketakutan seperti halnya negara yang menciptakan kondisi ketakutan dengan berbagai macam ancaman hukum dan undang-undang yang negara sah kan.
Contoh kecil ketakutan yang kita dapatkan adalah ketika kita terlambat membayar kos otomatis kita akan dikenakan denda, tentu kita ingin protes tp kita bisa apa ketika ancaman oleh otoritas tunggal yaitu si induk semang bisa mengusir kita dengan sekonyong-konyong seenaknya sendiri, begitulah bentuk otoritas yang sistematis dan terbentuk oleh negara dari hal yang paling kecil.
Bukan tanpa solusi juga sih sebenarnya, pastinya kita bisa meminimalisir kuasa otoritas tadi dengan memilih jalur alternatif hidup menumpang pada seorang teman dekat, tapi harus tahu dirilah kalau menumpang hehe... Karna itulah yang selama ini juga saya praktekkan hehe... Namun masih ada beberapa norma juga yang harus kita pahami, Jangan berbuat seenaknya sendiri, itupun harus dengan seizin teman tadi karna kultur kita yang masih menjunjung tinggi tata krama ketimuran walaupun budaya timur itu totally sucks terkadang, jangan sampai kalian jadi bahan pergunjingan antar teman karena ketidaksadaran di posisi mana kita berada.
Otoritas fasis dalam lingkungan sekitar kita cukup primordial dan tidak pernah kita sadari we were be a part into it, contoh paling kecil adalah ngomongin di belakang, nah ini adalah kasus paling kecil dan paling gampang di sulut seperti kapas yang terkena percikan api jadi gampang merembet kemana-mana. Mengutip potongan lirik dari Domestik Doktrin "gossip is the opium of the masses", ya... Begitulah adanya gossip atau dalam bahasa jawa  nggunem (ngomongin orang di belakang) adalah candu masyarakat kita, apapun topiknya jika yang disangkut adalah aib atau keburukan seseorang secara otomatis akan menjadi trigger untuk terus diomongin, gak peduli itu saudara atau bahkan orang tua kita sendiri, mungkin kalo kawan-kawan yang kuliah di jurusan komunikasi dan ber inisiatif mengangkat tema tentang gosip ini bisa kalian jadikan acuan dengan meneliti menggunakan metode etnografi atau cultural studies masyarakat modern. hehehe...
Jadi organisir sendiri direct action kamu dari hal yang paling kecil berpalinglah jangan cuma jadi bagian untuk duduk manis dan diam menonton di masyarakat tapi jadilah spektakel itu sendiri dari lingkup bermasyarakatmu yang paling sederhana, pepatah lama bilang "personal revolution to the social revolution" and then like ABBA said on their lyrics "...and the winner takes it all"... Tetap semangat kawan !!!


Author: Monox

Tidak ada komentar:

Posting Komentar